Rabu, 13 Juli 2011

Ayah Yang Jujur

Oleh: Muhammad Yusuf Efendi
Sumber: Islamedia

Ketika seorang ayah ingin membangun kehidupan keluarga yang kuat, maka dibutuhkan saling percaya antara anggota keluarga. Ayah memberikan peranan penting untuk memulai dengan bersikap jujur. Anak-anak akan selalu belajar dari kehidupan bahwa kebaikan adalah terbentuk dari teladan yang baik. Dengan memberikan sikap yang jujur akan membantu anak untuk menerima kebenaran walaupun itu adalah pahit.
Rasulullah SAW memberikan nasehat bagaimana menyikapi kebenaran dalam sebuah hadistnya, "Katakanlah yang benar walaupun ia adalah pahit". 

Hadist ini membentuk seorang Muslim untuk selalu bersikap jujur dalam setiap perkataannya, berani menegakkan kebenaran dan berani mengungkap segala bentuk kebohongan yang ada. Ia yakin bahwa apa yang dilakukannya akan mendapat balasan yang setimpal dan adil. Ia tidak takut dengan celaan dan pujian yang membuat merubah kejujuran. Kejujuran yang menjadi prinsip hidupnya. Kejujuran dalam perkataan, perbuatan dan kemampuan. Jujur dengan kemampuan diri sendiri akan memaksimalkan diri sendiri. Ia tidak akan memaksakan dirinya untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan dan keterbatasannya. Karena itu kejujuran memerlukan pemahaman diri. Siapakan dirinya sebenarnya, seperti apa kemampuan yang dimilikinya.

Lawan dari kejujuran adalah kebohongan. Rasulullah SAW mengajarkan ummatnya untuk berhati-hati terhadap kebohongan, “Sesunggguhnya kebohongan adalah satu diantara beberapa pintu kemunafikan”. Seseorang yang melakukan kebohongan maka sebenarnya ia sedang berada dalam proses membuka pintu kemunafikan. Selanjutnya Rasulullah SAW berkata bahwa, ada tiga tanda-tanda orang yang disebut munafik :
1. jika berkata, ia berdusta,
2. jika berjanji, ia ingkar dan
3. jika diberi amanah dan kepercayaan, ia berkhianat.
Ketika seseorang berbohong dengan mudah dan dilakukannya tanpa beban, maka berkata benar merupakan sesuatu yang sangat berat baginya. Sehingga akhirnya hidupnya penuh dengan kebohongan.
 

Tidak ada komentar: