Selasa, 27 Juli 2010

Hidayah Melalui Anakku



Sahibul hikayat dalam kisah ini adalah warga Madinah Nabawiyah, ia menuturkan sebagai berikut, “Aku adalah seorang pemuda umur 37 tahun, telah berkeluarga dengan beberapa anak. Aku telah banyak melakukan yang diharamkan Allah. Jarang sekali shalat berjamaah, kecuali pada momen-momen tertentu saja, sekadar formalitas di mata orang lain. Hal itu disebabkan karena aku merasa sebagai orang jahat. Setan selalu mengikatku setiap saat. Anakku berumur 7 tahun, namanya Marwan, ia tuli dan bisu, tetapi ia telah banyak mereguk nilai-nilai keimanannya dari istriku.
 
Pada suatu malam aku dan Marwan sedang berada di rumah, aku mulai merencanakan apa yang akan aku lakukan malam ini bersama teman-teman, dan di mana lokasinya. Saat itu selepas shalat Maghrib, dengan bahasa isyarat anakku mengatakan sesuatu, aku sangat paham kalau dia mengingatkan diriku untuk shalat, “Mengapa Bapak tidak shalat?” begitu kira-kira yang ingin dikatakannya. Kemudian ia mengangkat kedua tangannya ke langit, lagi-lagi dengan isyarat ia mengultimatum bahwa Allah akan melihatku.

Rabu, 21 Juli 2010

Bersedekahlah, Wahai Para Wanita

Sumber : dakwatuna.com

Pernahkah Anda berdagang mendapat keuntungan sepuluh kali lipat? Alangkah bodohnya kita jika menolak mendapat keuntungan tujuh ratus kali lipat!
Keshahihan transaksi itu Rasulullah saw. sendiri yang menjamin. “Barangsiapa yang menafkahkan hartanya untuk membantu peperangan di jalan Allah, maka akan dilipatgandakan pahalanya menjadi tujuh ratus,” begitu kata Rasulullah saw. (Tirmidzi, hadits nomor 1625)

Karena itu tak datang kepada Rasulullah saw. seorang lelaki dengan membawa seekor untanya, seperti yang diceritakan Abu Mas’ud Al-Anshari r.a. Ia berkata, “Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. dengan menuntun seekor unta yang dilubangi hidungnya. Kemudian ia berkata, ‘Unta ini saya pergunakan untuk berperang di jalan Allah, wahai Rasulullah.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Kamu akan mendapatkan tujuh ratus unta semisal itu pada hari kiamat, semua dilubangi hidungnya.’” (Muslim, hadits nomor 3508)

Sungguh ini kabar gembira dari Rasulullah saw. Apa yang kita sedekahkan di jalan Allah, kita akan mendapat gantinya hal serupa tujuh ratus kali lipat. Jika kita wakafkan satu rumah untuk majelis taklim, Allah swt. akan mengembalikan 700 rumah kepada kita. Jika kita wakafkan sebuah mobil Kijang Inova, Allah swt. akan membalas dengan 700 mobil Kijang Inova semisal yang kita wakafkan.
 

Allah Itu Dekat

Sumber: Dakwatuna.com

“Dan Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka katakanlah sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia memohon kepadaKu. Maka hendaklah mereka memenuhi (panggilan/perintah)Ku, dan beriman kepadaKu agar mereka mendapat petunjuk (bimbingan)”. (Al-Baqarah: 186)
 
Ayat ini meskipun tidak berbicara tentang Ramadhan seperti pada tiga ayat sebelumnya (Al-Baqarah: 183-185) dan satu ayat sesudahnya (Al-Baqarah: 187), namun keterkaitannya dengan Ramadhan tetap ada. Jika tidak, maka ayat ini tidak akan berada dalam rangkaian ayat-ayat puasa seperti dalam susunan mushaf. Karena setiap ayat Al-Qur’an menurut Imam Al-Biqa’I merupakan satu kesatuan (wahdatul ayat) yang memiliki korelasi antar satu ayat dengan yang lainnya, baik dengan ayat sebelumnya atau sesudahnya. Disinilah salah satu bukti kemu’jizatan Al-Qur’an.

Kedekatan Allah dengan hambaNya yang dinyatakan oleh ayat di atas lebih khusus daripada kedekatan yang dinyatakan dalam surah Qaaf ayat 16: “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” yang bersifat umum. Kedekatan Allah dengan hambaNya dalam ayat di atas merupakan kedekatan yang sinergis, kedekatan yang aplikatif, tidak kedekatan yang hampa dan kosong, karena kedekatan ini terkait erat dengan doa dan amal shalih yang berhasil ditunjukkan oleh seorang hamba di bulan Ramadhan, sehingga merupakan motifasi terbesar yang memperkuat semangat ber Ramadhan dengan baik dan totalitas.
 

Selasa, 20 Juli 2010

Mempersiapkan Anak Yang Menyejukkan Pandangan

Sumber : Dakwatuna.com
Dan orang-orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah untuk kami isteri-isteri dan anak keturunan kami yang menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Al-Furqan: 75)
 
Imam Ibnu Katsir memahami qurratu a’yun dalam ayat ini sebagai anak keturunan yang taat dan patuh mengabdi kepada Allah. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa keluarga yang dikategorikan qurratu a’yun adalah mereka yang menyenangkan pandangan mata di dunia dan di akhirat karena mereka menjalankan ketaatan kepada Allah, dan memang kata Hasan Al-Bashri tidak ada yang lebih menyejukkan mata selain dari keberadaan anak keturunan yang taat kepada Allah swt.

Secara bahasa, anak dalam bahasa Arab lebih tepat disebut dengan istilah At-ThiflAl-Mu’jam al-Wasith mengartikan kata At-Thifl sebagai anak kecil hingga usia baligh. Kata ini dapat dipergunakan untuk menyebut hewan atau manusia yang masih kecil dan setiap bagian kecil dari suatu benda, baik itu tunggal.
 
Pengarang Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan anak sebagai keturunan kedua. Disamping itu anak juga berarti manusia yang masih kecil. Anak juga pada hakekatnya adalah seorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa seiring dengan pertambahan usia. Dalam kontek ini, maka anak memerlukan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa (orang tua dan para pendidik).
 

Senin, 19 Juli 2010

8 Golongan Yang Berhak Menerima Zakat

Sumber : Dakwatuna.com

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 60)

Pertama: Fuqara Masakin
1. Fakir adalah orang yang membutuhkan dan tidak meminta minta, sedangkan miskin adalah yang meminta-minta.
2. Keduanya bermacam-macam:
  • orang yang tidak memiliki kekayaan dan tidak pula pekerjaan
  • orang yang memiliki kekayaan dan pekerjaan yang tidak mencukupi setengah kebutuhan
  • orang yang memiliki kekayaan dan pekerjaan yang tidak mencukupi kebutuhan standar
3. Sedangkan orang kaya yang tidak boleh menerima zakat adalah orang yang telah memiliki kecukupan untuk diri dan keluarga.
4. Orang fakir miskin diberikan sejumlah yang dapat mencukupinya
  • yang mencukupinya sepanjang hidupnya, menurut Imam Syafi’i
  • yang mencukupinya selama satu tahun, menurut madzhab Maliki dan Hanbali
Bentuk kecukupan sepanjang hidup dapat berupa alat kerja, modal dagang, dibelikan bangunan kemudian diambil hasil sewanya, atau sarana-sarana lainnya seperti yang disebutkan oleh madzhab Syafi’i dalam buku-bukunya secara rinci.
Di antara kecukupan adalah buku-buku dalam bermacam ilmu, biaya pernikahan bagi yang membutuhkan. Sebab, tujuan utama zakat adalah mengangkat fakir miskin sampai pada standar layak.

Pokok-pokok Dalam Mendidik Anak


Penulis : Arda Dinata

Sesungguhnya anak kecil itu merupakan amanat bagi setiap orangtuanya. Hatinya masih suci bersih dan kosong. Jika dibiasakan dan diajari kebajikan, ia akan tumbuh pada kebajikan dan berbahagia di dunia maupun di akhirat. Nabi SAW bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hingga lisannya fasih. Kedua orangtuanyalah yang membuatnya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Al-Baihaqi, Ath-Thabarani).

Untuk memudahkan pemahaman dalam proses mendidik anak, para ulama sepakat bahwa kehidupan seseorang itu dibagi beberapa fase. Mulai fase persiapan (usia sejak lahir sampai 2 tahun), fase permulaan anak-anak (2-6 tahun), fase paripurna anak-anak (6-12 tahun), fase permulaan remaja (12-15 tahun), fase pertengahan remaja (15-18 tahun), fase paripurna remaja (18-22 tahun), fase kematangan dan pemuda (22-30 tahun), fase pertengahan usia atau kejantanan (30-60 tahun), dan fase lanjut usia (dari 60 tahun ke atas).

90 Langkah Menuju Musholla

Penulis : Abi Sabila

Lelaki istimewa itu bernama Didi. Aku biasa memanggilnya pak Didi. Usianya kini sudah berkepala enam. Aku mengenal beliau sudah sekitar tiga tahun, semenjak aktif menjadi jama'ah di mushala Baiturrohim. Beliau tinggal bersama keluarganya di RT 04 tak jauh dari mushala, sedang aku tinggal di RT 02. Secara pribadi, aku memang tidak tahu banyak tentang beliau, namun di mataku beliau adalah sosok yang luar biasa. Salah satu ‘keistimewaan’nya telah memberiku semangat sekaligus menyadarkanku akan besarnya nikmat yang telah Allah berikan.

Pertama, beliau ini aktif shalat berjama'ah di mushala Baiturrohiim. Beliau selalu menempati tempat yang tetap, di shaft pertama ujung sebelah kiri. Kedua, beliau selalu menjadi jama'ah yang pertama hadir untuk shalat Shubuh. Suara merdunyalah yang pertama kali terdengar melantunkan shalawat dari pengeras suara mushala yang terletak di sisi jalan yang memisahkan RT 02 dan RT 04 ini. Dan beliaulah yang lebih sering mengumandangkan adzan shubuh, baru kemudian yang lain datang, termasuk aku. Hanya itu? Tidak! Pak Didi terasa lebih istimewa, karena beliau kini hanya memiliki empat indera.

Minggu, 18 Juli 2010

Dapatkah Kita Menjadi Lebih Sabar?

Artikel ini cukup relevan dengan kondisi saat ini. Tadi pagi waktu saya sarapan di warung sebelah kantor, saya dengar keluhan Si Pemilik Warung tentang kenaikan harga bahan-bahan pokok, akan tetapi sangat tidak mudah untuk menaikkan harga sepiring hidangan sarapannya oleh karena Si Pembeli pun mengeluhkan hal serupa. Sepertinya sistem ekonomi kapitalis menunjukkan kelemahannya sendiri, dan sayangnya pemerintah kita malah mengandalkan sistem ekonomi ini untuk mengurangi "beban-beban" pikiran dan pekerjaannya. Notabene sistem ekonomi ini lebih banyak diserahkan mekanisme pasar.

Selamat menyimak artikel ini... semoga bermanfaat, dan semoga ini jadi pelecut kita untuk lebih peduli pada lingkungan sekitar kita khususnya dan bangsa ini pada umumnya...

dikutip dari Eramuslim.com
 
Ternyata dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) mempunyai efek yang sangat luas bagi masyarakat. Bukan hanya adanya kenaikan harga-harga kebutuhan bahan pokok, tetapi juga merosot tingkat daya beli masyarakat, serta inflasi yang menggerogoti kemampuan masyarakat secara luas. Rakyat tidak banyak mempunyai pilihan atas keputusan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) ini.